Sabtu, 08 Januari 2011

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI RADIO

 Radio jaman dahulu merupakan salah satu sarana penyampaian berita atau informasi dari satu tempat ke tempat lain. Pada tahun 1896, Marconi menemukan transmisi radio yang kelak menjadi bagian dari bisnis. Tahun 1912, pada kejadian “Titanic” yang menggemparkan dunia, telegraph dengan kode morse yang menggunakan Marconi’s wireless system, digunakan untuk menyampaikan berita.Reginald Fesseden mencoba broadcast suara dan music melalui gelombang radio pada tahun 1906 dan pada tahun 1920 Frank Conrad memulai broadcast regular pada tahun 1930-1940, program-program selain musik sudah mulai diputar di stasiun radio.1950, Sitcom seperti drama, quiz, opera sabun, alam, dan superhero dipindahkan ke televisi. Tahun 1960, FM radio sudah mulai dikenal, FM memiliki suara yang bagus dan lebih banyak stasiunnya, seperti beberapa stasiun bisa dijangkau dalam satu frekuensi.Pada tahun 1992 di Amerika Serikat, dimulainya revolusi siaran radio berbasis satelit. Badan pengatur telekomunikasi di AS mengalokasikan sebuah spektrum di band frekuensi “S” ( sekitar 2,3 GHz ) untuk siaran nasional (di AS) berbasis satelit dengan menggunakan audio digital. Hanya ada 4 perusahaan yang mengajukan diri untuk mendapatkan ijin siaran. Tahun Tahun 1997, FCC memberi izin kepada: CD Radio (yang berganti nama menjadi Sirius Satellite Radio) dan American Mobile Radio (yang berganti nama menjadi XM Satellite Radio).
Hingga tahun 2003 kemudian dibuat puluhan model penerima radio XM yang diproduksi oleh enam perusahaan elektronika utama pendukung hadirnya XM Radio. Yaitu : Pioneer Electronics, Sony Electronics, dan Alpine Electronics. Penerima-penerima Xm ini membuat pelanggang dapat menerima siaran digital kualitas tinggi di seluruh AS. XM Radio memancarkan 101 saluran yang berisi program acara: musik, berita, wawancara atau talk show, olahraga, komedi, dan acara anak-anak. Ke-101 saluran itu dipancarkan bersama-sama ke satelit. Para pelanggan dapat menerima langsung dari satelit atau melalui stasiun pengulang (repeater) yang ada.
Internet Radio’s Technology — Radio internet dimulai dari ekperimen tahun 1993,  menggunakan teknologi awal seperti MBONE (IP Multicast Backbone di Internet).  Sejak tahun 1995 semakin banyak stasiun radio yang mulai menempatkan sinyalnya di situs internet, tetapi kebanyakan satsiun radio secara penuh terpisah dari radio yang disiarkan dan dapat didengar hanya melalui internet.  Ratusan stasiun radio mengudara melalui situs seperti Yahoo!, dengan alasan agar lebih dijangkau oleh pendengar.  Banyak radio internet (yang hanya ada di internet) tidak dapat ditemukan di udara.  Radio internet dengan kualitas suara bening hanya dapat dinikmati jika anda mempunyai hubungan internet yang cepat dan bagus.  Sejak ditemukannya koneksi internet tanpa kabel, mendengarkan radio internet di mobil, di handphone atau melalui perangkat stereo menjadi memungkinkan. 
NTT Do Co Mo meluncurkan telepon genggam yang memanfaatkan fasilitas frekuensi radio yang paling sering digunakan untuk keperluan perkantoran, karena dapat memudahkan absensi, pembukaan pintu kantor, penggunaan internet, shopping sebagai ID card.
Reaksi Masyarakat Indonesia atau Luar Negri terhadap Munculnya Radio
Dengan munculnya radio, masyarakat mulai terpengaruh adanya informasi yang disampaikan, bagaimana seseorang meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin serta Iptek dari negara lain yang sudah maju untuk meningkatkan kedisplinan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa serta akan mempertebal jati diri kita terhadap bangsa. Serta kita juga dapat bertukar ilmu pengetahuan tentang budaya suatu bangsa. hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (mainan, minuman, makanan, pakaian, dll) membanjiri Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya jati diri bangsa kita. Maka hal ini akan menghilangkan beberapa perusahaan kecil yang memang khusus memproduksi produk dalam negeri. Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia dimana dilihat dari sopan santun mereka yang mulai berani kepada orang tua, hidup metal, hidup bebas, dll. Justru anak muda sekarang sangat mengagungkan gaya barat yang sudah masuk ke bangsa kita dan semakin banyak yang cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa. Serta menambah angka pengangguran dan tingkat kemiskinan suatu bangsa. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa. Padahal jati diri bangsa kita dahulu mengutamakan Gotong Royong, tapi kita sering lihat sekarang contohnya saja di perumahan / komplek elit, mereka belum tentu mengenal sesamanya. Dari hal tersebut saja sudah tercermin tidak adanya kepedulian, karena jika tidak kenal maka tidak sayang.
Analisis Perubahan di Aspek Sosial, Budaya dan Ekonomi karena Adanya Radio
Dengan adanya media radio, ternyata bisa juga mempengaruhi bangunan budaya, sosial, dan ekonomi. Dari aspek social perubahan bisa terjadi melalui interaksi yang dilakukan pada saat penyiaran berlangsung. Masyarakat dapat bertukar informasi, pengalaman dan bisa membentuk jejaring social baru didalam penyiaran tersebut. Dan dari aspek budaya, perubahan bisa terjadi melalui perkembangan informasi-informasi yang masuk dalam penyiaran radio tersebut. Sedangkan dari aspek ekonomi, perubahan yang didapat adalah lembaga penyiaran akan melihat bagaimana peminat memberikan respon yang baik terhadap segala bentuk layanan informasi yang disampaikan penyiar. Dengan begitu bisa diperjelas sediki banyaknya iklan yang masuk dalam penyiaran radio tersebut. Maka dari itu, masyarakat sendiri berkepentingan untuk mereproduksi informasi yang dirujuk dari media. Masyarakat atau khalayak mengalami ketergantungan terhadap media karena hendak memenuhi kebutuhan akan informasi serta mencapai tujuan tertentu dari proses mengkonsumsi media. Meskipun demikian, ketergantungan bukan berarti memiliki kesamaan dalam mengakses semua media. Sumber ketergantungan itu terutama dipicu oleh aspek kelengkapan atau akurasi dan komprehensivitas anasir informasi yang disajikan, di samping oleh kebiasaan yang diciptakan situasi sosial atau lingkungan khalayak. Ini artinya, media memiliki peran penting untuk dan terhadap perubahan kebudayaan, tetapi masyarakat itu memiliki pilihan-pilihan rasional tersendiri ketika jumlah media massa yang tersedia relatif banyak. Tidak semua yang ditawarkan/tayangkan memperoleh respon yang signifikan. Padahal, lembaga penyiaran itu sendiri – umumnya bisa bertahan eksis ketika memiliki penonton/pendengar yang jelas. Kejelasan penonton/pendengar akan berpengaruh kepada banyak masuknya iklan. Lewat dana iklan itu pula, lembaga penyiaran bisa menghidupi lembaga termasuk pegawainya.
Peran Pemerintah dalam Proses Difusi Radio
Sebagai bentuk perkembangan teknologi komunikasi pada radio, pemerintah daerah sebagai fasilitator untuk memperlancar arus komunikasi dan penyebaran informasi iptek (diseminasi), ternyata masih rendah. Hal ini disebabkan oleh tingkat kapabilitas lembaga tersebut kurang memadai serta belum optimalnya intensitas komunikasi pada proses pendampingan dan pembinaan program iptekda tersebut. Padahal pemerintah daerah dapat berperan dalam menentukan sarana dan prasarana melalui berbagai kebijakan yang dibuatnya untuk menciptakan arus komunikasi yang memadai. Siaran yang bermutu (berkualitas) akan menguntungkan banyak pihak. bisa diukur dari peningkatan kualitas kehidupan anak bangsa, seperti peningkatan sikap humanisme, pluralisme, universalisme, dan cita rasa estetika — tetapi berbasis kepada budayanya sendiri. Karena, muatan-muatan yang ada dalam siaran, juga berperan dalam pembentukan dan karakter atau identitas nasional suatu bangsa. Salah satunya KPI/KPID yang bertugas menyeleksi atas meningkatnya kualitas kehidupan yang humanistik, pluralistik, universalistik, dan estetik, agar tidak terjadi gap-budaya dalam suatu lingkup daerah. Pada saat yang sama, perlu juga para stakeholder meyakini bahwa begitu banyak nilai-nilai budaya bangsa sendiri yang berkualitas tinggi yang perlu diangkat dan dijadikan sumber-sumber inspirasi untuk siaran dalam media radio tersebut.

oleh : IntanPuspitaSari/07220065/PertekomIII-D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar